Perawatan Bayi Metode Nesting di RSUD Banyumas

Perawatan Bayi Metode Nesting di RSUD Banyumas

Bayi Dirawat Seolah-olah Masih dalam Kandungan

Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas mengembangkan metode nesting untuk mengurangi angka kematian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Dengan metode itu, bayi dirawat seolah-olah masih dalam kandungan sang ibu.

Menurut Try Setiowati, perawat perinatologi RSUD Banyumas, bayi yang lahir dengan berat badan rendah mengalami stres, yang ditandai dengan rewel, menangis, berat badan sulit naik, bahkan bisa berujung kematian. Untuk mengatasi hal tersebut, bayi harus dirawat di rumah sakit agar tumbuh normal dan sehat.

”Perlu terobosan atau inovasi dari tangan-tangan terampil perawat dengan memperhatikan pertumbuhan bayi, seolah-olah bayi masih dalam kandungan ibunya. Terobosan tersebut disebut dengan metode nesting atau sarang burung,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, bayi yang dirawat dengan metode itu adalah yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram. Perawat membuat nesting dari bahan-bahan pilihan. Metode yang dikembangkan RSUD Banyumas memenangi medali perak dalam konvensi problem solving for better hospital(PSBH).

Dipersingkat

Setiowati menjelaskan, dengan metode nesting, bayi akan merasa nyaman, tidak menangis atau rewel karena energinya dipakai untuk pertumbuhan berat badan hingga 40 miligram per hari per hari. Kalau tidak menggunakan nesting, cuma di inkubator, pertumbuhan hanya 10 mg/hari.

Menurut dia, nesting yang cocok untuk bayi menggunakan bahan dakron, semacam kapas yang digulung-gulung sehingga badan bayi melengkung dan posisi kepala miring 30-45 derajat. Kemiringan ini bertujuan mencegah bayi muntah sehingga nutrisi yang diasupkan optimal untuk memicu pertumbuhan. Di samping itu, bayi ditempatkan pada inkubator dengan suhu 32-34 derajat celsius.

Kepala Ruang Perinatologi Darwanti menambahkan, dengan metode nesting, waktu perawatan bayi dapat dipersingkat dari 2-3 bulan menjadi 1,5 bulan. Bayi bisa pulang dalam kondisi sehat dan selanjutnya dirawat oleh ibu atau keluarga.

Perawatan yang relatif singkat otomatis mengurangi biaya perawatan. Ia menjelaskan, di ruang perawatan BBLR RSUD Banyumas terdapat 25 inkubator. Sebanyak 80% ditempati bayi dengan berat lahir rendah, sisanya bayi terinfeksi dan bayi dengan berat badan normal.

Ketua Komite Keperawatan RSUD Banyumas Munjirin mengatakan, keperawatan di tempatnya berbasis komputer dan disebut Sistem Informasi dan Manajemen Asuhan Keperawatan (SIMKep) yang berstandar internasional, sehingga tidak ketinggalan dengan perawat luar negeri.

Related Posts

Komentar