RSUD Banyumas Gandeng IDI Banyumas Gelar Seminar Kedokteran Bunuh Diri
Hari ini, Sabtu 12 Oktober 2019 dengan mengambil tema tentang Bunuh Diri, RSUD Banyumas gelar Seminar Kedokteran dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2019 dan Menyambut Hari Dokter 2019. Dengan narasumber dr. Muhammad Zaenuri Syamsu Hidayat, Sp.KF.Msi.Med, dr Basiran, SpKJ MM, dr Hilma Paramita, SpKJ acara berjalan lancar dan antusias.
Bertempat di Aula Radiologi RSUD Banyumas, acara yang digawangi oleh RSUD Banyumas bekerja sama IDI Banyumas ini, dikuti oleh 200-an peserta dari para klinis. Panitia yang terdiri dari para dokter umum dibawah komandan dr Andy Hafiz ini, menyiapkan dengan sangat baik acara ini, hingga sampai acara selesai seluruh peserta mengikuti dengan baik dan hangat berdiskusi dengan narasumber.
Acara seminar kedokteran ini merupakan rangkaian dari acara World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dengan kegiatan – kegiatan yang bermuara pada upaya peningkatan kesehatan jiwa masyarakat sesuai tema tahun ini. Tema Hari Kesehatan Jiwa tahun ini adalah Mental Health Promotion and Suicide Prevention atau Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri, sebagaimana dikutip dari laman resmi Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH). Tahun ini, peringatan hari tersebut didukung penuh oleh WHO, the International Association for Suicide Prevention, dan United for Global Mental Health.
Mengapa mengambil tema Bunuh Diri ?
Dikutip dari WHO, pencegahan bunuh diri menjadi fokus utama pada tahun ini. Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Yang berarti bahwa satu orang meninggal setiap 40 detik. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia di antara anak usia 15-29 tahun. Pemerintah Indonesia sendiri telah turut peduli dengan kondisi kesehatan jiwa masyarakat Indonesia. Pada tahun 2015 lalu, bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan aplikasi Android, Sehat Jiwa yang dapat diunduh gratis oleh masyarakat melalui Playstore.
Melansir laman resmi Sehat Jiwa, Sehat Jiwa merupakan sebuah aplikasi gratis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memberikan informasi mengenai kesehatan jiwa dan solusi yang mudah dan cepat dalam melaporkan atau mengecek apabila terdapat pasien kesehatan jiwa di sekitar masyarakat. Kurangnya tingkat literasi masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa menjadi alasan utama Kementerian Kesehatan RI mengembangkan aplikasi tersebut. Tak hanya itu, situs-situs dan aplikasi penyedia jasa konseling daring pun juga sudah banyak menjamur di Indonesia sejak tahun 2015 lalu, sebagaimana dikutip dari Antara. Psyline misalnya, situs ini menawarkan layanan konsultasi psikologi gratis dengan psikolog professional dengan memanfaatkan teknologi untuk mengadaptasikan konseling dan konsultasi konvensional menjadi sebuah gaya hidup dan sesuai harapan konsumen saat ini.
Tentang Peta Kesehatan Jiwa di Indonesia
Seperti yang kita ketahui, di Indonesia, kesehatan jiwa belum menjadi perhatian utama. Jika bicara masalah kesahatan, orang hanya akan mengaitkannya dengan kondisi fisik. Padahal, angka gangguan mental di Indonesia tidak bisa dibilang rendah.
Menurut data dari riskesdas tahun 2018, dari 1000 orang Indonesia, ada 7 orang yang menderita skizofrenia. Dari jumlah tersebut, masih ada sebagian kecil masyarakat yang melakukan praktik pasung pada ODGJ dengan psikosis.
Sebagian besarnya memang sudah pernah berobat. Namun, hanya sekitar 49% dari jumlah tersebut yang minum obat secara rutin. Kebanyakan dari mereka, menghentikan pengobatan di tengah jalan atau putus obat dengan alasan sudah merasa lebih sehat.
Dari hasil riskesdas tersebut juga terlihat sebuah fakta yang cukup mengkhawatirkan. Dari seluruh penderita depresi di Indonesia, hanya 9% nya yang pernah berobat. Artinya 91% kasus depresi di Indonesia tidak tersentuh pengobatan.
Gangguan kejiwaan yang dibiarkan inilah yang dapat memicu ODGJ berakhir dengan bunuh diri.
Di masyarakat, persoalan bunuh diri pun belum mendapatkan perhatian yang serius. Orang yang bunuh diri masih seringkali dianggap lemah. Jika ada ODGJ yang mengatakan ingin bunuh diri, masih banyak kerabat yang meremehkan hal tersebut dan tidak melakukan langkah pencegahan yang tepat.
Meski Indonesia tidak termasuk negara dengan angka bunuh diri terbanyak, namun permasalahan ini tentu tidak dapat diabaikan. Berdasarkan laporan WHO tahun 2010 yang lalu, kasus bunuh diri di Indonesia berada pada angka 1,6 hingga 1,8% per 100.000 jiwa.
Cegah bunuh diri dengan “40 seconds of action”
Bunuh diri merupakan hasil paling buruk dari gangguan mental yang tak tertangani dengan baik. Menurut data, setiap 40 detik ada satu nyawa yang hilang akibat bunuh diri. Bayangkan, saat Anda membaca berita ini, sudah ada berapa nyawa yang melayang akibat bunuh diri.
Karena itu, di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, WHO mengeluarkan seruan untuk mencegah bunuh diri dengan “40 seconds of action”.
Dimulai dengan menyisihkan waktu selama 40 detik, Anda bisa bantu untuk tekan angka bunuh diri, di antaranya dengan langkah-langkah berikut:
- Jika Anda sedang merasa tertekan dan banyak masalah, sisihkan waktu 40 detik untuk memulai percakapan dengan kerabat terdekat yang Anda percaya, untuk meceritakan masalah Anda.
- Jika Anda mengenal seseorang yang teman atau saudaranya meninggal akibat bunuh diri, sisihkan waktu 40 detik untuk menanyakan keadaan mereka.
- Jika Anda memiliki wadah untuk menyampaikan seruan 40 seconds of action, maka gunakanlah, baik itu melalui media massa, media sosial, tulisan, video, foto, hingga radio.
Bunuh diri bisa dicegah Jadi, alangkah baiknya jika bisa menjadi bagian dari usaha pencegahan tersebut. Berikan perhatian lebih pada orang yang sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan penyebab kedua terbanyak kematian pada orang berusia 15-29 tahun. Meski begitu, bunuh diri bisa dilakukan oleh semua kelompok umur. Sehingga, mari jadikan hari kesehatan jiwa sedunia ini sebagai momentum.
Salam Sehat RSUD Banyumas
Salam Sehat
RSUD Banyumas