KEMENKES RI LAKUKAN MONEV KEGIATAN DETEKSI DINI THALASEMIA DI RSUD BANYUMAS
BANYUMAS – Penyandang Thalasemia yang ada di Indonesia mendapatkan perhatian khusus oleh jajaran pemerintah baik di tingkat pusat sampai dengan daerah. Salah satu hal yang diupayakan adalah pendeteksian secara dini pada masyarakat sehingga jumlah penyandang thalasemia dapat ditekan dengan optimal. Salah satu upaya perwujudannya, Tim Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengunjungi RSUD Banyumas untuk melakukan monitoring evaluasi deteksi dini thalasemia.
Ningsih, Pimpinan Tim dari Kemenkes RI mengatakan bahwa kehadiran timnya yang didampingi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI) Banyumas adalah untuk melakukan monitoring evaluasi deteksi dini thalasemia dalam rangkaian hari thalasemia sedunia.
“Target kami ada 600 keluarga, dan untuk di Banyumas sebanyak 200 keluarga” jelasnya.
Ningsih mengatakan bahwa di Kabupaten Banyumas sedang dilaksanakan kegiatan deteksi dini thalasemia yang dilakukan oleh 27 Puskesmas yang ada. Dia mengungkapkan ada hal-hal yang menjadikan pedeteksian dini thalassemia terhambat dan menjadi pekerjaan rumah untuk dilakukan pendekatan lebih lanjut.
“Di lapangan masih ada keluarga yang enggan untuk dilakukan deteksi dini” ungkapnya.
Terkait keengganan proses skrining dari pihak keluarga, Siti, Pengurus YTI Banyumas menambahkan bahwa hal ini terjadi pada beberapa Puskesmas yang baru saja dikunjungi oleh Kemenkes. Hal ini diharapkan menjadi perhatian khusus pada instansi pelayanan kesehatan yang ada.
“Kita (Dinkes Provinsi), RSUD Banyumas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas harus lebih memberikan edukasi kepada orang tua penderita thalasemia” terangnya.
Siti mengatakan bahwa edukasi ini diperlukan karena dari para orang tua masih memiliki perasaan malu dan trauma, bagaimana mereka harus ekstra energi dan juga biaya untuk perawatan sehingga memunculkan rasa ketakukan sehingga diperlukan motivasi untuk bersedia untuk diskrining.
Dalam penjelasannya kepada tim Kemenkes RI dan peserta yang lain, dr. Dani Esti Novia, Direktur RSUD Banyumas menyampaikan bahwa fasilitas layanan thalasemia RSUD Banyumas sebenarnya diresmikan pada tahun 2016 namun terdampak bencana gempa pada tahun 2017.
“Pada tahun 2021 diperbaiki dengan anggaran BLUD sehingga dapat kembali digunakan untuk layanan thalasemia” jelasnya.
Direktur mengatakan bahwa untuk saat ini ada 30 tempat tidur yang dimiliki oleh instalasi thalasemia dan akan di tambah sebanyak 30 tepat tidur lagi di lantai 2.
“Untuk sentral thalasemia Banyumas bagian barat ataupun Jawa Tengah bagian Selatan dipusatkan di RSUD Banyumas” tambahnya.
dr. Aris Sugiono, Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, dalam penjelasannya mengatakan bahwa Kabupaten Banyumas telah melaksanakan konsultasi ke Kemenkes dan Kemendagri terkait Penyusun Peraturan Bupati tentang pencegahan dan pengendalian thalasemia di Kabupaten Banyumas.
“Banyumas sudah memiliki Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2022 terkait pencegahan dan pengendalian thalasemia dan ini mungkin yang pertama di Indonesia” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa hal ini terwujud karena dukungan dari pemerintah daerah lewat Bupati Banyumas, Yayasan Thalasemia Indonesia Banyumas, Fasyankes rujukan, KOPTI dan seluruh komponen lainnya.
Perbup ini mengamanatkan 2 fokus kegaitan skrining yaitu skrining di usia produktif (anak kelas 2 SLTA) dan sudah berjalan.
“Dengan adanya Perbub ini semakin mewujudkan kehadiran pemerintah daerah Kabupaten Banyumas terutama terkait thalassemia”pungkasnya.
Dalam kegiatan yang digelar Selasa (24/5/2022) di Aula Komite Medis tersebut, Tim Monev juga melakukan kunjungan ruangan ke Instalasi Thalasemia dan Ruang Laboratorium RSUD Banyumas.