RSUD Banyumas, selenggarakan Pelatihan Budaya Keselamatan Untuk Seluruh Perawat
Hari ini, giliran para perawat mendapat pelatihan budaya keselamatan. Bertempat di aula Radiologi, sekitar 80 orang perawat mengikuti pelatihan satu hari Budaya Keselamatan dengan pelatih Ratih Winanti, Psi, M.Hum. Dalam kesempatan ini, menyampaikan bahwa salah satu indikator keberhasilan budaya keselamatan adalah keberanian melapor terkait kejadian tidak diharapkan dari staf pada saat melaksanakan tugas.
secara umum, budaya keselamatan berakar pada Keselamatan pasien yang merupakan inti dari mutu pelayanan kesehatan. Untuk mencapainya, diperlukan komitmen yang kuat dari individu maupun tim. Kombinasi dari berbagai elemen di rumah sakit, secara bersama-sama menghasilkan sebuah situasi yang berisiko tinggi.
Komitmen terhadap keselamatan pasien berkembang luas sejak akhir dekade 1990-an. Hal ini diinduksi oleh dua laporan yang sangat berpengaruh : To Err is Human, yang disampaikan oleh Institute Of Medicine (IOM) pada tahun 1999, dan An Organization with Memory dari UK Government’s Chief Medical Officer pada tahun 2000. Kedua laporan tersebut menyatakan bahwa kesalahan terjadi secara rutin dalam menjalankan pelayanan kesehatan, dan meliputi 10% dari admisi di rumah sakit. Kesalahan yang terjadi sangat serius, bahkan fatal.
Dua penelitian besar, satu dilakukan di Colorado dan Utah dan yang lainnya di New York, menemukan bahwa efek adverse eventterjadi pada 2,9 dan 3,7 persen dari rawat inap. Di rumah sakit-rumah sakit Colorado dan Utah, 6,6 persen dari adverse event menyebabkan kematian, sementara di rumah sakit di New York sebesar 13,6 persen. Dalam kedua studi ini, lebih dari setengah dari adverse eventmerupakan akibat kesalahan medis yang bisa dicegah (Kohn et al, 2001). Sejak publikasi kedua laporan tersebut, upaya untuk meningkatkan keselamatan dalam pelayanan pasien menjadi sebuah gerakan global. Hal ini menyebabkan transformasi yang luar biasa dalam cara pandang terhadap patient safety. Walaupun demikian, kondisi keselamatan pasien saat ini di seluruh dunia masih memprihatinkan.
Dengan pengumpulan data tentang penyebab error dan adverse event atau Kejadian Tak Diharapkan (KTD) yang semakin baik, maka semakin jelas pula bahwa pelayanan yang tidak aman merupakan gambaran yang nyata dari setiap aspek pelayanan kesehatan (Donaldson, dalam WHO Patient Safety Curiculum, 2011). Setiap organisasi memiliki budaya yang dapat memberi pengaruh bermakna terhadap sikap dan perilaku dari anggotanya. Kompetensi dan nilai-nilai dari staf dan pimpinan memegang peranan kunci yang menentukan efektifitas dan keberhasilan organisasi (Lunenburg, 2011).
Dari hasil analisis akar masalah yang dilakukan pada KTD, sebagian besar menunjukkan bahwa akar masalahnya adalah kelemahan dari beberapa bagian dari dimensi budaya keselamatan pasien, seperti masalah komunikasi antar staf (budaya keterbukaan), masalah pengaturan staf dan lemahnya observasi terhadap pasien (budaya keadilan), kurangnya supervisi serta masalah dalam proses serah terima pasien (budaya informasi). Beberapa kasus sentinel yang terjadi sangat menguras perhatian institusi ini secara keseluruhan, terlebih ketika harus menghadapi ancaman tuntutan hukum dan pemberitaan di media massa.
Berangkat dari urgennya pemahaman tentang budaya keselamatan tersebut maka RSUD Banyumas mengadakan pelatihan budaya keselamatan kepada seluruh staf.
Salam Sehat
RSUD Banyumas