RSUD Banyumas adakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Kepada Seluruh Staf

RSUD Banyumas adakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Kepada Seluruh Staf

Dalam upaya menambah keterampilan dan penguasaan pemahaman seluruh staf tentang bantuan hidup dasar, RSUD Banyumas melakukan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada staff secara rutin setiap satu tahun sekali. Tahun 2019, telah dilakukan kepada 100% staf baik staf klinis maupun non klinis.

BHD secara umum merupakan usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Selain itu Resusitasi juga dikatakan sebagai sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan pelatihan wajib yang harus diikuti oleh seluruh staf RSUD Banyumas baik klinis maupun non klinis. Pengetahuan BHD wajib dimengerti dan dipahami oleh semua karyawan sehingga apabila terjadi kejadian seperti henti nafas atau henti jantung di lingkungan RSUD Banyumas, karyawan dapat melakukan pertolongan pertama dengan menggunakan tehnik BHD secara benar dan tepat. dr. Andy Hafidz sebagai salah satu narasumber kegiatan pelatihan ini memaparkan bahwa prinsip tindakan keadaan darurat yang pertama adalah melakukan survei primer. Survei primer dilakukan dengan mengecek respon korban terlebih dahulu. Jika penolong menemukan gangguan pada tersumbatnya jalan nafas atau tidak ditemukan adanya nafas dan nadi segera melakukan danger respon dengan menelepon bantuan tim terlatih. Sembari menunggu tim terlatih untuk melakukan survei sekunder, maka penolong harus melakukan tindakan yang dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Resusitasi Jantung Paru. Menurut penjelasan dr. Andy, respon time BHD yang diberikan oleh penolong kepada korban harus kurang dari 5 menit. Keterlambatan pemberian BHD akan mempengaruhi kemungkinan keberhasilan keselamatan korban.

Dalam kesempatan ini, dr. Andy juga menjelaskan bahwa prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai harapan hidup (chain of survival). Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi koordinasi jalur chain of survival, meliputi: 1. Pengenalan (segera akan henti jantung dan ativasi sistem respon darurat (emergency response system), 2. RJP dini dengan penekanan pada kompresi dada, 3. Defibrilasi cepat, 4. Advance life support yang efektif, dan 5. Post-cardiact arrest care (perawatan pasca henti jantung) yang terintegrasi. Beliau menjelaskan juga mengenai anjuran dan larangan BLS/ CPR AHA GUADLINES 2015, dan melakukan praktik BHD/ RJP dengan alat peraga meliputi langkah Danger, Response (Aktifkan EMS), circulation (menentukan ada tidaknya denyut nadi dengan dilakukan palpasi pada tempat arteri carotis (pada dewasa dan anak) dan arteri brachialis pada bayi. Tim Code Blue kemudian mempratikkan cara melakukan kompresi dada, airway/ melakukan finger sweep paa penderita yang tidak sadar karena obstruksi benda asing, heimlich maneuver, melakukan bantuan pernafasan (breathing support), bag valve mask (ambubag), dan evaluasi RJP/ CPR dan Recovery Position. Pelatihan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dan praktir langsung BHD/ RJP bagi semua karyawan. Diharapkan, dengan mendapatkan teori dan melakukan praktik secara langsung, seluruh karyawan RSUD Banyumas dapat mengetahui, memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari dilingkungan RSUD Banyumas.

Related Posts

Komentar