Apa Dan Bagaimana Itu Trikotilomania

Apa Dan Bagaimana Itu Trikotilomania

 APA DAN BAGAIMANA ITU TRIKOTILOMANIA

 

====================================================================

Sri Handayani Saptaning Siwi, S. Psi, Psikolog. Psikolog Klinis Unit Pelayanan Psikologi, Instalasi Rehabilitasi Medik, RSUD Banyumas. Januari 2022.

====================================================================

Sahabat Sehat,............. pernahkah  sahabat sehat menemui seseorang atau bahkan teman yang suka  mencabuti rambutnya dengan berlebihan ?  Belum pernah ! Ya sahabat sehat, kasus seperti ini memang termasuk jarang terjadi.

Sahabat sehat mau mengenal kasus dimaksud ? Kasus dimaksud dikenal sebagai Trikotilomania. Yuk kita simak .

Trikotilomania adalah kondisi kelainan yang mana penderitanya memiliki dorongan yang tidak tertahankan untuk mencabuti rambut sendiri. Dalam Istilah Psikologi merupakan gangguan pengendalian impuls (impulse-control disorder), dimana tidak adanya kemampuan mencegah diri untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu. Apabila penderita trikotilomania mencoba menahan keinginan untuk mencabuti rambut, biasanya akan timbul semacam perasaan tegang, gelisah, dan tidak nyaman pada diri mereka. Sebaliknya, ketika keinginan tersebut sudah terpenuhi, mereka akan merasa lega. Namun ada diikuti oleh kondisi hadirnya perasaan  bersalah, malu, minder karena perilakunya akan berdampak  pada kebotakan ataupun memicu gangguan kesehatan.

Trikotilomania merupakan perilaku yang dilakukan secara berulang seperta rantai yang tak terputus. Perilaku menarik rambut dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu bersifat otomatis (perilaku menarik rambut dilakukan secara refleks dan tanpa adanya kesadaran) dan fokus (menarik rambut sebagai respon adanya emosi negatif yang dirasakan).

Kriteria  gangguan Trikotilomania  berdasarkan DSM IV TR

  1. Menarik rambut secara berulang yang menyebabkan terjadinya kerontokan
  2. Penarikan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat atau ketika mencoba menolak perilaku
  3. Terdapat perasaan senang, puas atau lega setelah menarik rambut
  4. Gangguan yang   dialami   tidak  termasuk dalam gangguan mental yang lain dan bukan disebabkan oleh kondisi medis umum
  5. Gangguan tersebut  menyebabkan  distress atau secara signifikan telah mengganggu aspek sosial, pekerjaan dan area penting

 

Selanjutnya Sahabat Sehat perlu mengetahui apa saja penyebab dari Trikotilomania agar  kita dapat lebih memahaminya.

Nah sahabat sehat faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya Trikotilomania antara lain adalah stress, rendahnya kemampuan individu dalam meregulasi emosi, adanya penguat positif dari perilaku tersebut serta faktor genetik (Walther, Ricketts, Conelea, & Woods, 2010). Hasil penelitian (Gretchen J. Diefenbach, Tolin, Hannan, Crocetto, & Worhunsky, 2005) menemukan bahwa individu dengan Trikotilomania memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah, tingkat distress yang tinggi, rendahnya self esteem, dan adanya kecemasan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian (Demetriou, 2019) stres merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesulitan regulasi emosi pada individu dengan Trikotilomania. Dengan demikian bahwa beberapa kondisi yang menjadi memicu terjadinya Trikotilomania antara lain adalah :

  1. Adanya Stress

Sumber Stress setiap individu tentu saja berbeda-beda. Ketika ada individu yang mengeluhkan adanya perilaku dorongan yang kuat untuk mencabut rambut maka faktor stress dapat menjadi kondisi yang harus dibuka tabirnya bahwa situasi-situasi seperti apa yang memicu individu tersebut meningkat stressnya dan memicu terjadinya pencabutan rambut yang tidak terkendali. Contoh kasus yang dapat memicu :

  • saat mengerjakan tugas sekolah, dimana hadir adanya tuntutan untuk segera selesai dengan hasil yang baik, apabila tidak dirasakan mengancam kebermaknaan dirinya dalam keluarganya
  • saat individu dalam kesendirian ingat pacar dan dilemanya, dimana mereka telah melakukan hubungan melebihi batas, pacarnya yang selama ini selalu memahami, bahkan menyarankan dan mendampingi untuk konsultasi dan berobat, namun ayahnya yang seorang pemuka agama menolak keberadaan pacarnya.

 

  1. Rendahnya kemampuan Regulasi Emosi

Regulasi Emosi adalah proses seorang individu dalam mengatur dan mengubah emosi dirinya atau orang lain (Chen, 2016). Apabila Individu mampu tetap tenang ketika berada di bawah tekanan maka individu dianggap  memiliki keterampilan regulasi emosi (Reivich & Shatte, 2002).

 

Dengan demikian individu yang mengalami Trikotilomania diasumsikan kurang memiliki ketrampilan melakukan regulasi emosi yang baik, dimana saat tekanan menghampirinya seperti tidak ada pilihan lain untuk mengekpresikan emosinya selain dengan mencabut rambut. Walaupun kondisi tersebut sebenarnya ada pertentangan antara rasa nikmat dan bersalah.

  1. Adanya penguat posistif

Sensasi fisiologis yang dirasakan saat menarik rambut menjadi penguat positif (reinforcement positif)  bagi individu karena bersifat menyenangkan dan memunculkan perasaan lega setelah menarik rambut (Schreiber  et al., 2011). Sensasi Fisiologis berupa hadirnya rasa nikmat dan  lega inilah yang menjadi penguat bagi individu untuk selalu terdorong melakukan pengulangan perilaku, karena dirasakan menutup semua rasa yang lain seperti rasa bersalah, rasa malu yang sebelumnya hadir dan disadarinya. Perilaku yang menghadirkan sensasi menyenangkan maka terdapat kecenderungan untuk dilakukan secara berulang.

  1. Rendahnya Self Eteem

Self esteem merupakan penilaian diri secara keseluruhan yang banyak berkaitan dengan penilaian spesifik dari peran yang dijalani individu. Individu dengan self esteem yang rendah sering menunjukkan pemikiran negatif tentang performa mereka, baik dalam situasi sosial, pekerjaan maupun saat menghadapi ujian (Weiten, Dunn & Hammer, 2012). Howard dan Kubis (dalam Atwater, 1983)  juga menyebutkan bahwa individu dengan self esteem yang rendah lebih rentan mengalami beberapa  gejala psikosomatis, seperti  insomnia, sakit kepala maupun peningkatan detak jantung. Perkembangan self esteem pada anak dan remaja dipengaruhi oleh cara orang lain dalam  memandang mereka, terutama orang-orang yang dianggap penting bagi mereka, seperti orangtua. Seorang anak cenderung dapat melihat diri secara positif ketika orangtua menunjukkan rasa kasih sayang dan keterlibatan dalam tumbuh kembang anak (Lord, Eccles, & McCarthy, 1994; Ojanen & Perry, 2007 dalam Kail & Cavanaugh, 2010). Ketika orangtua gagal dalam menerapkan aturan atau kedisplinan, menyampaikan ketidakpedulian maupun menolak untuk mendengar pendapat anak, maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan self esteem pada anak (Kail  & Cavanaugh, 2010).

 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa  pola hubungan orangtua dan anak yang kering akan ekspresi kasih sayang, pola hubungan normatif, dimana orangtua cenderung menuntut dan menilai dari  hasil / pencapaian saja tanpa menghargai proses dan memahami kendala. Kondisi tersebut membuat anak tidak mampu melihat potensi baik maupun potensi positif dirinya karena yang sering didengar dan akhirnya terinternalisasi adalah sisi-sisi negatifnya seperi  kegagalan pencapaian, kekurangannya,  tabiat buruknya. Apabila telah terinternalisasi maka setiap kali indivdu anak akan melangkah atau menghadapi suatu proses maka  spontan hadir perasaan takut gagal, perasaan tidak mampu yang pada akhirnya keraguan tersebut memberikan kontribusi kekurangberhasilan, dan semakin menurunkan tingkat self esteemnya. Apabila individu dalam  menjalani  setiap proses kehidupan selalu berjibaku dengan keraguan, perasaan tidak mampu, rasa khawatir gagal sedangkan proses kehidupan tidak bisa berhenti maka habituasi diri untuk selalu menumpuk tekanan-tekanan  dalam dirinya dapat memunculkan manifestasi perilaku stress yang tak terkontrol.

 

Sahabat Sehat , lantas siapa saja yang memiliki risiko mengalami Trikotilomania ? Kita simak yuk beberapa hasil penelitian dari para pakar.

Berdasarkan hasil penelitian Christenson, Mackenzie dan Mitchell (1991) terhadap 60 individu dewasa yang mengalami perilaku menarik rambut secara kronis, rata-rata subjek dalam penelitian tersebut menunjukkan perilaku menarik rambut dengan onset usia remaja awal serta sebagian besar subjek adalah perempuan (rasio perempuan dan laki-laki 15:1).

Usia remaja awal adalah rentang usia 12 sampai dengan 15 tahun (Monk, 2008), dimana individu remaja  sedang mengalami perubahan- perubahan yang cepat pada tubuhnya, mulai tumbuh rasa tertarik dengan lawan jenis. Individu remaja awal sedang memasuki fase pubertas, emosinya sedang labil dan mengalami kebingungan memaknai apa yang hadir dalam pikiran dan perasaannya.   Kebutuhannya adalah adanya attachment secara fisik maupun emosi dari orangtua atau keluarga sehingga individu remaja lebih tenang dan sejahtera dalam memaknai perubahan-perubahan yang dialaminya.

Beberapa studi atau penelitian bahwa apabila  remaja awal memiliki suatu attachment yang kokoh dengan orang tua mereka, mereka memahami keluarga mereka sebagai keluarga yang kohesif, ternyata menurunkan keluhan remaja akan kecemasan dan perasaan-perasaan depresi (Papini, Roggman, & Anderson,1990 dalam Santrock, 2002). Penelitian yang lain bahwa attachment dari orangtua dapat membuat remaja awal mampu menjalani tugas perkembangan selanjutnya yakni melakukan relasi yang kompeten dan erat dengan teman sebaya atau orang-orang di luar keluarga. Dalam suatu penelitian di mana kedekatan dengan orang tua dan teman-teman sebaya diukur (Armsden & Greenberg, 984), remaja yang secara kokoh dekat dengan orang tua juga dekat secara kokoh  dengan teman-teman sebaya.

 

 

Terdapat beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individu mengalami Trikotilomania (dr.Meva Nareza, alodokter,26.06.2021)  antara lain :

  1. Memiliki gangguan mental lainnya seperti OCD, Depresi atau Kecemasan
  2. Mengalami situasi atau peristiwa yang menimbulkan tekanan atau stress yang tidak segera teratasi.
  3. Memiliki kebiasaan buruk lainnya seperti menghisp jempol, menggigit kuku
  4. Menderita penyakit yang disebabkan gangguan sistem saraf seperti parkinson atau demensia
  5. Memiliki kelainan pada struktur dan metabolisme otak
  6. Memiliki keluarga yang mengalami trikotilomania atau gangguan mental lainnya

 

Setelah sahabat sehat mengetahui apa dan bagaimana Trikotilomania , pasti pertanyaan selanjutnya , bagaimana donk cara mengatasinya ? iya khan ? Mari kita cermati beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi Trikotilomania, dan sahabat sehat harus sabar karena semua butuh proses.

Individu yang mengalami Trikotiolomania membutuhkan penanganan yang  cepat dan tepat. Dampak dari Trikotilomania akan menyentuh multi aspek, yakni secara fisik, psikis maupun sosial. Penderita trikotilomania secara fisik dapat mengalami infeksi , rusaknya jaringan kulit, kebotakan permanen bahkan jika sudah sampai pada sindroma rapunzel (memakan rambut sendiri) maka akan berdampaik pada gangguan fungsi pencernaan, penyumbatan pada usus, penurunan berat badan drastis. Secara psikis mental dapat  berlanjut menjadi depresi,  sindroma rapunzel  dan gangguan mental lainnya. Secara sosial , kebermaknaan fungsi sosialnya menjadi menurun karena terganggu oleh rasa malu, penurunan kepercayaan diri dll. Untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih komplek maka penderita Trikotilomania sangat perlu untuk mendapat penanganan yang tepat .

Tujuan penanganan Trikotilomania ini adalah untuk mengurangi bahkan menghentikan perilaku mencabut rambut. Pemicu munculnya perilaku mencabut rambut adalah hadirnya  rasa tertekan / stress yang tiba-tiba menguat dan menurunkan fungsi rasionalnya sehingga perilaku mencabut rambut bersifat tak terkontrol, terus menerus dalam beberapa waktu.  

Cara Penanganan bagi penderita Trikotilomania secara umum terdapat dua cara yaitu  pendekatan Farmkaoterapi dan Psikoterapi. Kedua cara tersebut bukan pilihan tetapi harus dilakukan bersama-sama, artinya pengobatan berjalan dan proses psikoterapi menyertai.

 

 

  1. Farmakoterapi

Merupakan pendekatan penanganan dengan obat yang dilakukan oleh psikiater. Proses pengobatan akan disesuaikan dengan gejala pokok dan gejala penyerta dimana gejala tersebut memang harus dikendalikan dengan pendekatan obat.

 

  1. Psikoterapi

Untuk mendapat penanganan psikoterapi , individu penderita Trikotilomania dapat melakukan dengan Psikolog Klinis maupun Psikiater. Psikoterapi akan berfokus pada upaya meningkatkan ketrampilan individu dalam melakukan regulasi emosi.

Regulasi emosi adalah  suatu proses meningkatkan ketrampilan individu dalam memonitor emosi, mengevaluasi emosi dan memodifikasi emosi (ThompsoN,1994).

  1. Kemampuan memonitor emosi

Individu diajak untuk menyadari, mengidentifikasi, memahami pemicu emosi yang mengakibatkan munculnya perilaku negatif tertentu. Tuliskan minimal 3 peristiwa munculnya emosi yang berlanjut dengan mencabut rambut. Sedang apa, dimana, kapan, apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, apa yang diharapkan, upaya apa yang sudah dilakukan.

  1. Kemampuan mengevaluasi emosi

Individu diajak untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi agar individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berpikir secara rasional.  Untuk emosi negatif yang sifatnya menguat dengan tiba-tiba, seperti munculnya perasaan tertekan , cemas , panik akan menyebabkan detak jantung lebih cepat. Untuk mereduksi rasa tertekan, cemas dan panik tersebut maka harus ada upaya mengembalikan detak jantung dalam pola yang normal. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan relaksasi pernapasan.  Relaksasi pernapasan adalah cara yang paling cepat dan mudah untuk mengatasi kecemasan yang telah memicu detak jantung yang lebih cepat..

Cara melakukannya (Potter dan Perry, 2005) adalah : Atur posisi, bisa duduk ditempat tidur atau di kursi , pastikan posisi duduknya senyaman mungkin. Letakan satu tangan di abdomen (tepat bawah iga), tangan yang lain di dada dengan harapan tangan dapat merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernapas. Tarik nafas dalam secara perlahan melalui hidung sampai dada dan abdomen terangkat maksimal. Tahan napas kuranglebih 3-5 detik. Hembuskan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut seperti meniup balon. Sugestikan pada diri bahwa rasa cemas yang “tertahan” dalam tubuh akan mengalir keluar seiring hembusan napas, dan ketenangan akan masuk seiring hirupan napas. Lakukan berulang kali , cukupkan saat sudah merasa bahwa tarikan dan hembusan napas sudah stabil mengalir dan merasa lebih tenang dan lebih rileks.

 

  1. Kemampuan Memodifikasi Emosi

Individu diajak untuk mengubah ekspresi emosi, dari yang negatif atau merugikan menjadi yang lebih aman dan tidak merugikan diri maupun lingkungan. Perilaku mencabut rambut merupakan ekspresi dari stress, cemas maupun panik yang sangat tidak aman atau merugikan sehingga ekspresi emosi tersebut perlu dimodifikasi. Perilaku mencabut rambut melibatkan dua bagian yaitu tangan dan bagian tubuh yang ditumbuhi rambut. Bentuk modifikasi untuk aktivitas tangan dapat dengan meremas stress ball, memainkan fidget cube/ kotak gelisah. Sedangkan untuk bagian yang ditumbuhi rambut altrenatifnya adalah dengan mencukur rambut sampai pendek, menutupnya sehingga tidak dengan mudah tangan berinteraksi langsung dengan bagian-bagian tubuh yang ditumbuhi rambut.

 

Demikian sahabat sehat belajar kita kali ini dengan mengenal apa dan bagaimana Trikotilomania, semoga menambah khasanah pengetahuan kita tentang kondisi-kondisi perilaku yang membutuhkan perhatian dan ada di sekitar kita. Salam Sehat.

 

 


REFERENSI

Dewi, Putu Yunita Trisna dan Afif Kurniawan .2020, Dinamika psikologis individu yang mengalami Trikotilomania. Jurnal Psikologi Udayana. Vol.7, No.1, 40-48

Nareza, dr. Meva. 2021. Trikotilomania. Alodokter. 26 Juli 2021

Riadi, Muchlisin. 2019. Pengertian, Aspek, Proses dan Strategi Regulasi Emosi. Beranda Psikologi.Kajian Pustaka.Com.31/10/2019

Yessica, Yoana Theolia Angie, M.Psi, Psikolog. 2019.Teknik Relaksasi untuk mengatasi kecemasan. Alodokter. 30/09/2019

Rahman ,Muzdalifah M. 2015. Upaya Orang Tua dalam Membimbing Remaja, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 6, No. 1, Juni 2015

 

Related Posts

Komentar