Klinik Bunga Harapan Sasar Daerah Risiko HIV/AIDS
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas melalui Klinik Bunga Harapan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat gencar melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, mengingat angka penderitanya terus meningkat.
Direktur RSUD Banyumas dokter AR Siswanto Budiwiyoto menerangkan, masalah HIV/AIDS di Indonesia diyakini berbagai pihak bagaikan fenomena gunung es karena laporan resmi jumlah kasus tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya. Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan pendekatan pelayanan yang komprehensif yang langsung menyentuh akar permasalahan mencakup masalah sosial ekonomi dan lingkungan kultural.
Menurut dia, strategi tersebut dilakukan melalui berbagai langkah yang bersifat menyeluruh, meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan partisipasi dan kerja sama yang luas yang melibatkan berbagai sektor dan organisasi nonpemerintah dan masyarakat.
‘’ Sangat butuh keikutsertaan berbagai pihak dalam pencegahan sedini mungkin termasuk sekolah-sekolah menjadi penting saat ini, untuk menghentikan atau paling tidak mengurangi korban-korban berikutnya,’’ ungkap Siswanto, kemarin.
Menurut konselor HIV/AIDS RSUD Banyumas, Ratih Winanti, data hingga Februari 2014 untuk jumlah pengidap HIV positif berjumlah 399 orang. Angka yang sangat mungkin lebih kecil dari yang sebenarnya ada di masyarakat Banyumas dan sekitarnya.
‘’ Pada umumnya pekerja seks komersial dan masyarakat enggan memeriksakan diri karena malu jika dinyatakan positif menderita HIV. Aksi menutup diri dan tidak ingin memeriksakan kesehatan karena faktor malu merupakan faktor pertama penderita penyakit HIV susah untuk dilacak dan didata,’’ terang Ratih.
Ke Daerah Risiko
RSUD Banyumas, lanjut dia, sejak 2005 telah membuka Klinik Bunga Harapan, yakni sebuah klinik pelayanan penanggulangan HIV/AIDS. Pelayanan meliputi Voluntary Counseling and Testing (VCT), Provider Initiated Testing and Counseling (PITC), Counseling Support and Treatmen (CST) untuk pengobatan, dan Prevention Of Mother to Child HIV Trasmission (PMTCT) serta paguyuban sesama ODHA yaitu Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) yang terbentuk sejak November 2011. Klinik ini memberikan pelayanan setiap hari pada jam kerja.
‘’Klinik ini juga mobile di daerah risiko tinggi HIV/AIDS untuk melakukan konseling dan tes HIV. Menjangkau ke area prostitusi, perkumpulan sesama jenis, lembaga pemasyarakatan. Termasuk pula ke posyandu-posyandu,’’ jelas Ratih.
Koordinator pelayanan VCT RSUD Banyumas, dokter Prio Sapto Utomo menambahkan selain malu, pemahaman masyarakat terhadap HIV juga masih kurang. Beberapa kasus masuk ke rumah sakit bukan lagi HIV, tetapi sudah AIDS.
HIV ditularkan melalui tiga cara. Pertama, melalui hubungan seksual, kedua pajanan (peristiwa yang menimbulkan risiko penularan) oleh darah terinfeksi, produk darah atau transplantasi organ dan jaringan serta penggunaan jarum suntik bergantian pada korban narkoba pengguna jarum suntik. Ketiga, penularan dari ibu ke anak.
sumber : Suara Merdeka