Workshop Tentang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Banyumas

BANYUMAS – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas menyelenggarakan workshop tentang angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Banyumas.

Acara diselenggarakan bertujuan meningkatkan kemampuan bidan agar angka kematian ibu dan bayi baru lahir yang ditangani di RSUD Banyumas makin menurun.

Kegiatan diikuti 110 bidan dari RSUD Banyumas dan Puskesmas yang ada di kabupaten itu. Kegiatan yang  dilaksanakan di aula Medula Oblongata RSUD Banyumas, Jumat (6/2) lalu, itu dibuka oleh Direktur RSUD Banyumas dokter AR Siswanto Budiwiyoto.

”Kegiatan ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan kepada para bidan memberikan sehingga pelayanan kebidanan dan perinatal di RSUD Banyumas khususnya dan puskesmas makin berkualitas. Workshop ini sekaligus untuk menyukseskan target Millennium Development Goalís (MDG’s) 2015 di Indonesia AKI 102/100.000 kelahiran hidup di 2015,” jelasnya.

Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang memelopori penyelamatan ibu dan bayi baru lahir melalui program Expanding Maternal and Neonatal Survival (Emas). Untuk mendukung program tersebut, RSUD Banyumas pun berupaya menekan angka kematian Ibu (AKI) dan anak baru lahir.

Berdasar data Dinas Kesehatan Banyumas, jumlah AKI sejak 2010 selalu di angka 30 kasus lebih. Pada 2010 ada 33 kasus, 2011 (35), 2012 (32), pada 2013 (35), di 2014 (33). Sementara data Dinas Kesehatan Jateng pada 2014 terjadi 711 kasus kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah, di Banyumas tercatat paling sedikit yaitu 33 kasus, sedang terbanyak di Brebes sebanyak 73 kasus.

Bina Jejaring

Kepala Ruang Kamar Bersalin RSUD Banyumas Suprihatin, RSUD Banyumas sebagai rumah sakit sayang bayi mempunyai kewajiban membina jejaring dengan bidan di puskesmas-puskesmas untuk mendukung program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir tersebut.

”Di RSUD Banyumas sendiri, angka kematian bayi dari tahun ke tahun terus menurun. Angka kematian bayi di tempat kami pada 2012 mencapai 10,5 %, 2013 meningkat 11%. Akan tetapi berkat kerja keras dari para bidan dan dibantu tenaga perawat, AKB pada 2014 turun menjadi 6,2%,” jelasnya.

Dia menjelaskan banyak faktor yang memengaruhi kematian ibu dan bayi. Untuk kematian ibu, faktor penyebabnya adalah rujukan pasien terlambat karena faktor pendidikan dan kesadaran masyarakat yang masih kurang. Selanjutnya lokasi keterjangkauan akses pelayanan kesehatan. Di samping itu, kemampuan sumber daya manusia pelayanan primer untuk penanganan kelahiran masih kurang terampil.

Sedangkan untuk kematian bayi penyebabnya antara lain adalah umur kehamilan yang kurang (prematur), nikah belum cukup umur, melahirkan pada terlalu tua atau usia di atas 35 tahun.

Workshop yang diikuti para bidan juga merupakan salah satu upaya meningkatkan kompetensi bidan dan perawat. Pada acara tersebut disampaikan materi tentang ”Deteksi Dini Faktor Risiko Masa Nifas: Perdarahan Post Partum” oleh dokter Suryani Puspadewi dan  ”Persiapan Prarujukan, Kegawatdaruratan dan Resusitasi Bayi Baru Lahir” oleh dokter M Basalamah.

sumber : Suara Merdeka

Related Posts

Komentar